Hati-hati Beli Rumah Second

Buat yg lagi berencana beli rumah second (rumah yg sudah pernah ditempati seseorang), mungkin kasus berikut bisa dijadikan pengalaman utk lebih berhati2.

Kemaren sore, boss gw tiba2 memperlihatkan selembar kertas pada gw. Isi kertas itu adalah surat peringatan terhadap seseorang, sebut aja namanya Oknum X, yg telah melakukan penipuan alamat rumah. Oknum X ini dulunya adalah pemilik rumah yg dibeli dan ditempati oleh boss sekarang. Dalam surat juga disebutkan bahwa klo sampai pada batas waktu tertentu tidak ada itikad baik dari Oknum X untuk menyelesaikan masalah, boss akan lapor polisi.

Bentuk penipuan seperti apa yg telah Oknum X lakukan? Keliatannya sepele, tapi ternyata memberikan banyak masalah bagi penghuni baru, yaitu boss gw. Oknum X telah menggunakan alamat rumah boss (yg rumahnya Oknum X dulu) untuk berbagai transaksi kredit yg menjadikan rumah tsb sebagai agunan (jaminan).

Jadi bisa dibayangin donk, bolak-balik boss ditemuin oleh debt collector dari berbagai perusahaan pemberi kredit, seperti perusahaan leasing mobil dan bank2 kartu kredit.

Mending klo para debt collector tadi bersikap ramah. Mungkin karena tugas mereka yg harus "tegas", klo gak bisa dibilang galak bin sangar, mereka gak sungkan2 utk berkata kasar, marah2, atau mengancam.

Klo lewat telpon, mereka marah2 karena boss dianggep punya utang kagak mo bayar. Awalnya boss juga ikutan marah. Tiap ditelpon, langsung banting-trus-tutup. Tapi telponnya gak berhenti, malah makin sering. Akhirnya diterima baik2, dijelasin dg sesabar-sabarnya, baru deh mereka paham dan ujung2nya minta maaf. Tapi kan ati uda keburu dongkol duluan, ya gak?

Yang parah sih klo mereka sampe nyamperin ke rumah. Puncaknya adalah ketika debt collector sebuah perusahaan leasing yg dg tampang sangarnya nuduh boss nunggak kredit mobil Kijang Innova. Kebetulan boss emang punya Kijang Innova. Warnanya item juga. Waduh, repot dah... debt collector itu ngotot, karena berdasarkan data mereka, alamat si penunggak adalah alamat si boss.

Untung masalah tadi terselesaikan dg cara menunjukkan surat pembelian rumah yg disahkan oleh akte notaris. Untuk lebih meyakinkan, boss membawa para debt collector tadi ke rumah Oknum X yg baru. Walaupun mereka gak ketemu Oknum X - yg belakangan sering gak ada di rumah karena tau dikejar2 debt collector -, akhirnya masalah bisa clear. Cuma boss uda keburu kesel, sebel, capek ati... makanya dibuat lah surat peringatan tadi.

Coba bayangkan seandainya di rumah gak ada orang, cuma ada pembantu, dan karena ketakutan oleh anceman debt collector, pembantu2 yg lugu tadi akhirnya menyerahkan begitu aja kunci mobil Kijang Innova yg dimiliki boss. Gaswat kan? Pulang dari kantor tinggal cengok ngedapetin mobilnya uda raib tanpa tau raib dibawa kemana, oleh siapa? Haduuuh...!

Contoh2 kasus di atas tidak berhenti sampai di situ saja. Selain bermasalah dg debt collector - bayangin, baru kelar urusan sama leasing mobil, sampe rumah uda ada debt collector dari 2 bank kartu kredit... pusyiiink! -, boss juga jadi kesangkut masalah dalam hal pembayaran tagihan aer dan listrik!

Klo soal tagihan aer, kasusnya uda cukup lama. Jadi kira2 boss baru nempatin rumah itu sekitar 1 bulan, tiba2 dateng tagihan dari PAM sebesar 7 juta rupiah. Ternyata Oknum X gak pernah bayar PAM sampe nunggak sebesar itu!

Ribut2 lah boss dg PAM. Akhirnya emang sih Oknum X yg diwajibkan membayar. Dan entah gimana caranya, Oknum X bisa "berdamai" dg pihak PAM dan hanya membayar 4.5 juta. Tapi sebelum masalah itu clear, bolak-balik gw denger boss marah2 liwat telpon karena masalah aer ini. Kekekekek...

Kasus tagihan listrik lain lagi. Pernah dalam beberapa bulan, istri boss gak bisa bayar listrik. Katanya uda dibayar. Selidik punya selidik, ternyata emang uda dibayar oleh Oknum X. Mungkin Oknum X ini uda nunggak listrik di rumah barunya. Gak sanggup bayar, dia pake lah trik bayar tagihan listrik rumah lamanya (rumah boss), yg pastinya lebih kecil, karena boss kan gak pernah nunggak. Dan tagihan itu akan dipake sebagai bukti pembayaran listrik yg nunggak di rumah Oknum X yg baru.

Gile yeeeeeee! LICIK banget tuh orang. Gw sampe terperangah dengerin cerita si boss. Gak sadar, gw bilang, "Pak, lu kok sial amat sih sama rumah itu? Emang gak ada feeling apa2 ya waktu belinya?"

Menurut boss, sebenernya pertama kali dia uda ada feeling. Yaitu ketika ngeliat meteran listrik di rumah itu terbakar. Sekarang baru ketauan, bahwa meteran itu sengaja dibakar biar gak keliatan lonjakan angka di dalemnya, yg artinya dia uda nunggak beberapa lama.

Haduuuh, klo tau ada feeling dari pertama kali sih, mending gak usah dibeli aja deh tuh rumah. Inget gak, waktu gw ngebahas soal beli rumah, salah satu yg harus dipertimbangkan adalah FEELING. Walaupun itu bisa ditempatkan sebagai point terakhir, tapi gak boleh dilewatkan gitu aja.

Mungkin klo emang berencana beli rumah second, sebagai tindakan pencegahan, kita bisa minta bukti pembayaran tagihan aer, listrik, telpon terakhir kalinya. Dengan demikian kita bisa tau apakah pemiliknya selama ini nunggak atau lancar pembayarannya? Soalnya klo nunggak dan tiba2 dibebankan ke kita sebagai pemilik baru, kan repot. Klo nunggaknya gak seberapa sih, cingcay laaah. Klo sampe jut-jut? Repot daaaah!

Terakhir, gw saranin si boss... daripada pusing2 didatengin debt collector mulu, mending di depan rumahnya dipasang pengumuman...

PENGUMUMAN PENTING BAGI PARA PENAGIH HUTANG
RUMAH INI BUKAN RUMAH OKNUM X
RUMAH INI SUDAH DIBELI OLEH BOSS BERDASARKAN AKTE NOTARIS NO XX
(Cantumkan alamat notarisnya)

SEBELUM MENUDUH BOSS TELAH MENUNGGAK HUTANG, HARAP SAUDARA
MENGECEK KEBENARAN PEMILIK RUMAH INI BERDASARKAN AKTE NOTARIS DI ATAS

JIKA SAUDARA TETAP MENUDUH DAN TERBUKTI BAHWA TUDUHAN SAUDARA SALAH,
BOSS AKAN MELAPORKAN SAUDARA PADA PIHAK YANG BERWAJIB

Boss cuma bisa ketawa2 denger ide gw. Dia bilang, takutnya disangka berlebihan atau mo show off dg tetangga2...

Dia belum tau ya, klo saran gw belum selesai... karena menurut gw betapa akan lebih manjurnya klo di samping pengumuman itu dipejeng anjing galak. Klo perlu srigala deh sekalian. Wekekekekekek...