Mahalnya harga properti kian hari membuat banyak orang harus berjuang utk membeli sebuah rumah.
Rumah di tengah kota dg lingkungan asri-memadai, mahalnya aujubile. Buat orang2 super kaya atau konglomerat, hal ini bukan masalah. Tinggal tunjuk, bayar, jadi deh rumah itu miliknya.
Klo mo yg agak masuk kantong dikit, pilihannya rumah di pinggir kota, jauhnya aujubile. Klo gak macet sih gak masalah. Tapi bukan Jakarta klo lalu lintasnya lancar. Jadi harus siap fisik n mental klo punya rumah jauh.
Uda punya rumah di tengah kota pun, masalah tidak berhenti begitu saja. Karena Jakarta dikenal "ramah" terhadap banjir. Gimana gak, tiap taon tu banjir diundang mulu. Kekekeke. Seandainya rumah sendiri kering, tapi daerah di sekelilingnya gak luput dari genangan si air kotor dan bau itu. Jadi terjebak deh, gak bisa kemana2.
Kali ini gw gak mo membahas soal banjir. Dan klo gak bisa punya rumah dg alasan banjir, ngenes juga sih. Tandanya Jakarta uda gak layak dong buat tempat tinggal? Bisa jadi lama2 gitu, loh...
Ya sutra lah, jgn dipusingin soal banjir dulu. Lebih baik masalah ini kita serahkan aja pada pemerintah. Sambil berdoa semogaaa mereka bener2 serius menanganinya... dan semogaaaa duitnya kagak abis buat kepentingan pribadi. Kekekekek.
Balik lagi ke soal mahalnya harga properti. Banyak developer membangun rumah dg hunian yg nyaman. Di kompleks, dg lingkungan yg tenang, sejuk, dan juga design rumah yg bagus2. Ada model Eropa, Jepang, Amerika, sampai model minimalis. Semuanya menampilkan bangunan yg kokoh dg bentuk yg rupawan.
Tapi berapa coba harganya?
Jauh dari rupawan! Kekekekeke.
Karena harga yg selangit (dan gak akan pernah menjejak bumi), banyak orang memupus keinginan utk memiliki rumah idaman.
Padahal... mungkin ada jalan lain, lho...
Kenapa gak bangun rumah sendiri?
Berdasarkan omong2 lewat email antara gw, Limmy, dan Viol... didapat perhitungan kasar demikian:
Biaya pembangunan rumah = 2juta x luas bangunan
Angka 2juta adalah harga pasaran saat ini (Viol, klo salah langsung koreksi ya, hehehe). Jadi kalo bangun rumahnya 10 taon lagi, harganya bisa berubah.
Ditambah harga tanah itu sendiri, totalnya jadi:
Harga rumah = harga tanah + biaya pembangunan rumah
Contohnya:
Harga rumah dg luas bangunan 100m2 yg berdiri di atas tanah 100m2 seharga 100juta adalah:
Biaya pembangunan rumah = 2juta x 100 = 200juta
Harga rumah = 100juta + 200juta = 300juta
Nah tuh, 300juta uda dapet rumah 100m2... masih make sense, kan?
Emang sih, bangun rumah sendiri lebih beresiko daripada beli yg uda jadi n terima beres. Tapi klo manajemennya baik, pengerjaannya dilakukan dg sungguh2, bukan hal yg mustahil kita akan memiliki rumah yg gak kalah keren dg yg ada di kompleks2 dan harganya jauh lebih murah ;)
Berikut ini adalah hal2 yg patut dipertimbangkan dalam membangun rumah agar hasilnya memuaskan:
1. Design rumah
Sebelum membangun rumah, harus sudah mantap dg model yg diinginkan, sehingga pada saat tahap pembangunan tidak banyak berubah. Banyak perubahan akan menambah biaya dan memperpanjang waktu. Tentunya kita gak mau hal ini terjadi, bukan?
Design rumah bisa diserahkan ke orang yg ahli, yaitu arsitek. Model dasarnya bisa didapat dari gambaran sendiri, atau untuk referensi contek aja dari contoh2 rumah yg ada di kompleks perumahan.
Perlunya arsitek di sini bukan hanya sekedar corat-coret gambar, tapi sebagai orang yg mengerti seluk-beluk pembangunan rumah, arsitek bisa memberi masukan jika ada kekurangan dalam design kita. Juga konsultasi beberapa hal teknis yg mungkin kurang kita pahami. Seperti masalah instalasi air, listrik, septitanc, dsb. Jangan lupa, design di atas kertas bisa dituangkan dalam software 3 dimensi yg memungkinkan kita melihat calon rumah dalam berbagai sudut pandang.
Semua itu harusnya uda 1 paket jasa arsitek. Biayanya mungkin emang mahal, tapi hasilnya juga akan banyak berguna, karena design merupakan langkah awal sebelum peletakan batu pertama dalam pembangunan.
2. Pemborong/Tukang
Merupakan hal yg sangat penting dalam proses pembangunan rumah. Bagi yg punya uang lebih, bisa diserahkan ke pemborong ternama, yg kualitas kerjanya tidak meragukan. Klo uda dapet pemborong, urusan tukang dsb bisa diserahkan ke pemborong ybs. Kita hanya berhubungan dg 1 orang yg jadi PIC dalam project tsb. Walaupun kita juga berkewajiban memantau hasil pekerjaannya, tapi kan gak pusing mikirin tukang yg rewel.
Tapi buat yg ingin lebih berhemat, sebenernya bisa juga dicari tukang yg bisa jadi pemborong.
Dalam sistem pembangunan rumah dikenal yg namanya harian atau borongan. Bagi yg sibuk kaya' kita2, gak punya waktu banyak utk memantau tiap hari, sebaiknya pilih yg borongan. Karena klo yg harian, jika gak dipantau, kerjanya suka seenaknya sendiri. Yang harusnya bisa selesai dalam seminggu, jadi molor 2 minggu. Padahal kita harus bayar upah tukang tiap hari. Dan upahnya itu gak murah, loooh.
Selain itu, dg memilih sistem borongan, kita bisa menetapkan deadline pada tukang. Bukan hanya deadline akhir, sebaiknya juga bikin deadline dg tahapan2. Misalnya pengerjaan pondasi berapa hari, kamar berapa hari, kamar mandi berapa hari, dsb. Dengan deadline bertahap, nantinya akan memudahkan kita sendiri memantau perkembangannya.
Klo deadline dan harga uda disepakati, tukang akan bertanggung jawab sepenuhnya. Dan tentunya mereka juga gak mau tekor. Klo uda mepet deadline, otomatis mereka langsung kerja lembur dg menambah banyak orang.
Tapi kelemahan sistem borongan, hasil kerjanya kurang rapih, karena mereka diburu2 waktu ingin cepat selesai. Masalah ini bisa diatasi seandainya kita rutin mengecek keadaan di lapangan. Gak perlu tiap hari, bisa per minggu, yg penting keliatan progressnya dan hasilnya memuaskan.
3. Survey toko material murah
Sebelum mulai membangun, ada baiknya kita survey beberapa tempat toko material dg harga yg lebih murah dari tempat yg lain. Bisa jadi harga semen di toko A lebih murah dari B, tapi harga cat di toko B lebih murah dari toko A.
Kenapa harus survey dulu? Balik lagi ke soal budget. Sebelumnya kita uda membuat itungan kasar mengenai jumlah biaya pembangunan rumah kita. Sekarang saatnya utk cross check.
Jumlah bahan bangunan yg diperlukan bisa didiskusikan dg pemborong/tukang. Setelah dapet kuantitasnya, kita kalikan dg unit pricenya... hingga akhirnya dapet harga total.
Catat perincian bahan bangunan beserta harganya, karena nanti bisa dijadikan patokan dalam memantau keuangan dan hasil pekerjaan.
Misalnya, bangun kamar butuh semen 5, bata 200, cat 5 kaleng. Harganya 5 juta. Seiring dg pembangunan kamar itu, kita cek apakah benar2 habis dg jumlah yg sama? Klo pun lebih, harusnya gak beda banyak. Klo beda banyak, pasti ada yg gak beres... kita tegur deh tukangnya...
Sebenernya beli bahan bangunan bisa juga 1 paket dg harga pemborong/tukang. Tapiii, sekali lagi... demi memantau keuangan (terutama yg ingin berhemat), lebih baik repot sedikit utk beli sendiri bahan bangunan, tapi hasilnya lebih memuaskan. Kita bisa mendapatkan kualitas bahan bangunan sesuai dg yg diinginkan. Mau keramik kualitas 1, tapi cat kualitas 2? Silahkan... atur aja sendiri ;)
O iya, sebagai referensi, beberapa bahan ini sebaiknya pake kualitas 1 karena utk jangka panjang: keramik & genteng (jgn yg cepet pecah), kayu (yg bebas rayap), cat (jgn yg cepet luntur, klo luntur kan jelek diliatnya).
4. Pembagian Tugas
Akan lebih baik lagi jika dalam membangun rumah, kita berbagi tugas dg orang yg bisa dipercaya, juga bisa diandalkan. Klo yg uda berpasangan, bisa dg pacar/suami/istri. Buat yg masih jomblo, bisa dg orangtua.
Kenapa?
Karena bangun rumah sebenernya gampang2 susah. Terutama dalam hal pengawasan. Apalagi klo kita sibuk. Jadi dg membagi tugas membuat kita fokus mengerjakan sesuatu.
Pembagian tugas biasanya dibagi dalam hal pengawasan dan administrasi.
Biasanya yg cowok2 nih tugasnya pengawasan. Ngapain aja? Mengawasi kerja tukang, ngecek hasil pekerjaan, beli bahan bangunan.
Klo yg cewek2 bagian administrasi, termasuk di dalamnya laporan keuangan. Jangan pernah malas mencatat semua pengeluaran sampe sedetil2nya. Dan harus tiap hari. Jadi beli paku 1 biji pun harus dicatet. Hehehehehehe.
Dalam laporan keuangan juga tempelin tuh budget awal pembangunan rumah. Jadi tiap saat bisa dicompare apakah sampai dg saat ini total pengeluaran masih masuk budget? Klo gak... apa yg kurang?... kenapa? Dengan sikap waspada begini bisa mencegah pembengkakan biaya2 gak penting.
Selain itu urusan administrasi adalah hal yg agak remeh-temeh tapi memberi cukup arti... yaitu memperhatikan kebutuhan tukang. Bukan kebutuhan yg macem2, tapi sekedar menyediakan makanan ringan, kopi, teh. Ingat, biaya borongan sebenernya uda include semua, jadi kita gak berkewajiban menanggung hal2 tadi. Tapi sedikit perhatian akan membuat tukang2 betah bekerja :)
5. Komitmen
Project pembangunan ini akan berhasil jika masing2 orang yg terlibat di dalamnya memegang komitmen.
Bagi pemborong/tukang, utk menjaga komitmen mereka, kita harus buatkan kontrak kerja. Jangan sampai di tengah pembangunan, tiba2 dg seenaknya mereka melarikan diri dan meninggalkan pekerjaan yg terbengkalai.
Bagi kita yg ngebangun rumah, komitmen mungkin gak tertulis hitam di atas putih. Tapi lebih kepada kesadaran sendiri. Harus selalu disiplin terhadap tugas yg diemban oleh masing2. Yang tugasnya ngawasin, harus rutin mengawasi tiap jangka waktu tertentu. Yang tugasnya ngurus administrasi, gak boleh lengah memasukkan data2 pengeluaran.
Klo semua orang memegang teguh komitmennya, proses pembangunan pastinya akan lebih lancar :)
6. Guarantee
Setelah rumah berdiri, yg gak boleh ketinggalan adalah jaminan selama beberapa bulan. Hal ini bisa dituangkan di dalam kontrak kerja bersama pemborong/tukang.
Biasanya sih jaminan ini bisa sampai 3 bulan. Jadi, seandainya dalam masa itu tiba2 kita menemukan kebocoran atau tembok retak atau masalah2 lainnya, kita masih berhak memanggil pemborong/tukang utk melakukan perbaikan tanpa dikenakan biaya.
Naaaah, kira2 gitu deh masukan dari gw. Buat yg lain2, boleh kasih masukan lagi, biar tambah bermanfaat buat temen2 yg punya plan membangun rumah ;)
Rumah di tengah kota dg lingkungan asri-memadai, mahalnya aujubile. Buat orang2 super kaya atau konglomerat, hal ini bukan masalah. Tinggal tunjuk, bayar, jadi deh rumah itu miliknya.
Klo mo yg agak masuk kantong dikit, pilihannya rumah di pinggir kota, jauhnya aujubile. Klo gak macet sih gak masalah. Tapi bukan Jakarta klo lalu lintasnya lancar. Jadi harus siap fisik n mental klo punya rumah jauh.
Uda punya rumah di tengah kota pun, masalah tidak berhenti begitu saja. Karena Jakarta dikenal "ramah" terhadap banjir. Gimana gak, tiap taon tu banjir diundang mulu. Kekekeke. Seandainya rumah sendiri kering, tapi daerah di sekelilingnya gak luput dari genangan si air kotor dan bau itu. Jadi terjebak deh, gak bisa kemana2.
Kali ini gw gak mo membahas soal banjir. Dan klo gak bisa punya rumah dg alasan banjir, ngenes juga sih. Tandanya Jakarta uda gak layak dong buat tempat tinggal? Bisa jadi lama2 gitu, loh...
Ya sutra lah, jgn dipusingin soal banjir dulu. Lebih baik masalah ini kita serahkan aja pada pemerintah. Sambil berdoa semogaaa mereka bener2 serius menanganinya... dan semogaaaa duitnya kagak abis buat kepentingan pribadi. Kekekekek.
Balik lagi ke soal mahalnya harga properti. Banyak developer membangun rumah dg hunian yg nyaman. Di kompleks, dg lingkungan yg tenang, sejuk, dan juga design rumah yg bagus2. Ada model Eropa, Jepang, Amerika, sampai model minimalis. Semuanya menampilkan bangunan yg kokoh dg bentuk yg rupawan.
Tapi berapa coba harganya?
Jauh dari rupawan! Kekekekeke.
Karena harga yg selangit (dan gak akan pernah menjejak bumi), banyak orang memupus keinginan utk memiliki rumah idaman.
Padahal... mungkin ada jalan lain, lho...
Kenapa gak bangun rumah sendiri?
Berdasarkan omong2 lewat email antara gw, Limmy, dan Viol... didapat perhitungan kasar demikian:
Angka 2juta adalah harga pasaran saat ini (Viol, klo salah langsung koreksi ya, hehehe). Jadi kalo bangun rumahnya 10 taon lagi, harganya bisa berubah.
Ditambah harga tanah itu sendiri, totalnya jadi:
Contohnya:
Harga rumah dg luas bangunan 100m2 yg berdiri di atas tanah 100m2 seharga 100juta adalah:
Biaya pembangunan rumah = 2juta x 100 = 200juta
Harga rumah = 100juta + 200juta = 300juta
Nah tuh, 300juta uda dapet rumah 100m2... masih make sense, kan?
Emang sih, bangun rumah sendiri lebih beresiko daripada beli yg uda jadi n terima beres. Tapi klo manajemennya baik, pengerjaannya dilakukan dg sungguh2, bukan hal yg mustahil kita akan memiliki rumah yg gak kalah keren dg yg ada di kompleks2 dan harganya jauh lebih murah ;)
Berikut ini adalah hal2 yg patut dipertimbangkan dalam membangun rumah agar hasilnya memuaskan:
1. Design rumah
Sebelum membangun rumah, harus sudah mantap dg model yg diinginkan, sehingga pada saat tahap pembangunan tidak banyak berubah. Banyak perubahan akan menambah biaya dan memperpanjang waktu. Tentunya kita gak mau hal ini terjadi, bukan?
Design rumah bisa diserahkan ke orang yg ahli, yaitu arsitek. Model dasarnya bisa didapat dari gambaran sendiri, atau untuk referensi contek aja dari contoh2 rumah yg ada di kompleks perumahan.
Perlunya arsitek di sini bukan hanya sekedar corat-coret gambar, tapi sebagai orang yg mengerti seluk-beluk pembangunan rumah, arsitek bisa memberi masukan jika ada kekurangan dalam design kita. Juga konsultasi beberapa hal teknis yg mungkin kurang kita pahami. Seperti masalah instalasi air, listrik, septitanc, dsb. Jangan lupa, design di atas kertas bisa dituangkan dalam software 3 dimensi yg memungkinkan kita melihat calon rumah dalam berbagai sudut pandang.
Semua itu harusnya uda 1 paket jasa arsitek. Biayanya mungkin emang mahal, tapi hasilnya juga akan banyak berguna, karena design merupakan langkah awal sebelum peletakan batu pertama dalam pembangunan.
2. Pemborong/Tukang
Merupakan hal yg sangat penting dalam proses pembangunan rumah. Bagi yg punya uang lebih, bisa diserahkan ke pemborong ternama, yg kualitas kerjanya tidak meragukan. Klo uda dapet pemborong, urusan tukang dsb bisa diserahkan ke pemborong ybs. Kita hanya berhubungan dg 1 orang yg jadi PIC dalam project tsb. Walaupun kita juga berkewajiban memantau hasil pekerjaannya, tapi kan gak pusing mikirin tukang yg rewel.
Tapi buat yg ingin lebih berhemat, sebenernya bisa juga dicari tukang yg bisa jadi pemborong.
Dalam sistem pembangunan rumah dikenal yg namanya harian atau borongan. Bagi yg sibuk kaya' kita2, gak punya waktu banyak utk memantau tiap hari, sebaiknya pilih yg borongan. Karena klo yg harian, jika gak dipantau, kerjanya suka seenaknya sendiri. Yang harusnya bisa selesai dalam seminggu, jadi molor 2 minggu. Padahal kita harus bayar upah tukang tiap hari. Dan upahnya itu gak murah, loooh.
Selain itu, dg memilih sistem borongan, kita bisa menetapkan deadline pada tukang. Bukan hanya deadline akhir, sebaiknya juga bikin deadline dg tahapan2. Misalnya pengerjaan pondasi berapa hari, kamar berapa hari, kamar mandi berapa hari, dsb. Dengan deadline bertahap, nantinya akan memudahkan kita sendiri memantau perkembangannya.
Klo deadline dan harga uda disepakati, tukang akan bertanggung jawab sepenuhnya. Dan tentunya mereka juga gak mau tekor. Klo uda mepet deadline, otomatis mereka langsung kerja lembur dg menambah banyak orang.
Tapi kelemahan sistem borongan, hasil kerjanya kurang rapih, karena mereka diburu2 waktu ingin cepat selesai. Masalah ini bisa diatasi seandainya kita rutin mengecek keadaan di lapangan. Gak perlu tiap hari, bisa per minggu, yg penting keliatan progressnya dan hasilnya memuaskan.
3. Survey toko material murah
Sebelum mulai membangun, ada baiknya kita survey beberapa tempat toko material dg harga yg lebih murah dari tempat yg lain. Bisa jadi harga semen di toko A lebih murah dari B, tapi harga cat di toko B lebih murah dari toko A.
Kenapa harus survey dulu? Balik lagi ke soal budget. Sebelumnya kita uda membuat itungan kasar mengenai jumlah biaya pembangunan rumah kita. Sekarang saatnya utk cross check.
Jumlah bahan bangunan yg diperlukan bisa didiskusikan dg pemborong/tukang. Setelah dapet kuantitasnya, kita kalikan dg unit pricenya... hingga akhirnya dapet harga total.
Catat perincian bahan bangunan beserta harganya, karena nanti bisa dijadikan patokan dalam memantau keuangan dan hasil pekerjaan.
Misalnya, bangun kamar butuh semen 5, bata 200, cat 5 kaleng. Harganya 5 juta. Seiring dg pembangunan kamar itu, kita cek apakah benar2 habis dg jumlah yg sama? Klo pun lebih, harusnya gak beda banyak. Klo beda banyak, pasti ada yg gak beres... kita tegur deh tukangnya...
Sebenernya beli bahan bangunan bisa juga 1 paket dg harga pemborong/tukang. Tapiii, sekali lagi... demi memantau keuangan (terutama yg ingin berhemat), lebih baik repot sedikit utk beli sendiri bahan bangunan, tapi hasilnya lebih memuaskan. Kita bisa mendapatkan kualitas bahan bangunan sesuai dg yg diinginkan. Mau keramik kualitas 1, tapi cat kualitas 2? Silahkan... atur aja sendiri ;)
O iya, sebagai referensi, beberapa bahan ini sebaiknya pake kualitas 1 karena utk jangka panjang: keramik & genteng (jgn yg cepet pecah), kayu (yg bebas rayap), cat (jgn yg cepet luntur, klo luntur kan jelek diliatnya).
4. Pembagian Tugas
Akan lebih baik lagi jika dalam membangun rumah, kita berbagi tugas dg orang yg bisa dipercaya, juga bisa diandalkan. Klo yg uda berpasangan, bisa dg pacar/suami/istri. Buat yg masih jomblo, bisa dg orangtua.
Kenapa?
Karena bangun rumah sebenernya gampang2 susah. Terutama dalam hal pengawasan. Apalagi klo kita sibuk. Jadi dg membagi tugas membuat kita fokus mengerjakan sesuatu.
Pembagian tugas biasanya dibagi dalam hal pengawasan dan administrasi.
Biasanya yg cowok2 nih tugasnya pengawasan. Ngapain aja? Mengawasi kerja tukang, ngecek hasil pekerjaan, beli bahan bangunan.
Klo yg cewek2 bagian administrasi, termasuk di dalamnya laporan keuangan. Jangan pernah malas mencatat semua pengeluaran sampe sedetil2nya. Dan harus tiap hari. Jadi beli paku 1 biji pun harus dicatet. Hehehehehehe.
Dalam laporan keuangan juga tempelin tuh budget awal pembangunan rumah. Jadi tiap saat bisa dicompare apakah sampai dg saat ini total pengeluaran masih masuk budget? Klo gak... apa yg kurang?... kenapa? Dengan sikap waspada begini bisa mencegah pembengkakan biaya2 gak penting.
Selain itu urusan administrasi adalah hal yg agak remeh-temeh tapi memberi cukup arti... yaitu memperhatikan kebutuhan tukang. Bukan kebutuhan yg macem2, tapi sekedar menyediakan makanan ringan, kopi, teh. Ingat, biaya borongan sebenernya uda include semua, jadi kita gak berkewajiban menanggung hal2 tadi. Tapi sedikit perhatian akan membuat tukang2 betah bekerja :)
5. Komitmen
Project pembangunan ini akan berhasil jika masing2 orang yg terlibat di dalamnya memegang komitmen.
Bagi pemborong/tukang, utk menjaga komitmen mereka, kita harus buatkan kontrak kerja. Jangan sampai di tengah pembangunan, tiba2 dg seenaknya mereka melarikan diri dan meninggalkan pekerjaan yg terbengkalai.
Bagi kita yg ngebangun rumah, komitmen mungkin gak tertulis hitam di atas putih. Tapi lebih kepada kesadaran sendiri. Harus selalu disiplin terhadap tugas yg diemban oleh masing2. Yang tugasnya ngawasin, harus rutin mengawasi tiap jangka waktu tertentu. Yang tugasnya ngurus administrasi, gak boleh lengah memasukkan data2 pengeluaran.
Klo semua orang memegang teguh komitmennya, proses pembangunan pastinya akan lebih lancar :)
6. Guarantee
Setelah rumah berdiri, yg gak boleh ketinggalan adalah jaminan selama beberapa bulan. Hal ini bisa dituangkan di dalam kontrak kerja bersama pemborong/tukang.
Biasanya sih jaminan ini bisa sampai 3 bulan. Jadi, seandainya dalam masa itu tiba2 kita menemukan kebocoran atau tembok retak atau masalah2 lainnya, kita masih berhak memanggil pemborong/tukang utk melakukan perbaikan tanpa dikenakan biaya.
Naaaah, kira2 gitu deh masukan dari gw. Buat yg lain2, boleh kasih masukan lagi, biar tambah bermanfaat buat temen2 yg punya plan membangun rumah ;)
16 comments:
sus, kekna u bukan cuman IT consultant deh,.. tapi life consultant jugahhh. hebring euy!!
hm.. setau gue ya, kalo udah lewat agent, nanti semua muanya dibantu gitu, kaya ada EO nya gitu deh... kalo semua ditangani sendiri memang lebih menghemat biaya, tapi kalo pake agen gitu bukannya lebih cepet dan efektif ya?
soalnya temen gue itu arsitek, dan dia bisa bantu dari awal perancangan sampe nanti pengisian furniture... gitu... hehe...
nice post anyway... sangat membantu loh postingannya :)
untungn Cici na Pitshu arsitek, jadi tinggal request enggak pakai bayar. mintak harga bahan bangunin dan kurir murah aja hahahaha ^^
sus..sebenernya profesi elo apaan sih? jujur aja deh..hihihi
--; buset d.. bole ganti profesi nih wekekekeke... ganti jd konsultan gratis bagi para blogger :)) huehueheue
@bebek, angel, didia: menerima konsultasi kehidupan rumah tangga, jodoh, karir & keuangan (terutama buat yg mo berderma buat gw)... wakakakaka!
gw sih cuma nulis berdasarkan pengalaman aja, sapa tau berguna buat yg lain, gicuuu... n kebetulan gw, limmy n viol lagi ngebahas soal bangun rumah di email, jadi menginspirasi gw utk nulis di sini... kekekeke.
@mel: emang bener, mel. makanya gw sebut point 1 itu pemborong/tukang. yg gw dimaksud pemborong sama dg lu maksud agent icuuu...
ada sisi positip-negatipnya. positipnya: praktis, efektif, efisien. negatipnya: lebih mahal.
yg mana aja bisa dipake, tergantung keinginan yg mo bangun rumah ;)
@pitshu: huuu... curang. tapi klo gw nanti perlu jasa arsitek, bisa pake cici lu dg harga temen ya? hihihihi...
ccckckckkckck Susi bisa jadi pemborong juga niy?
boleh copy paste ga buat dikirim ke suami.....biar dia melek mata gituh.........hehehehe
kalo ortuku siy, sampe sekarang ngawasin pembg rmh di Malang itu berdua gitu ga pake jasa EO, puasnya ditanggung sendiri, tapi capeknya jg....heheh
@manda: boleh aja dikasih liat suami, kan tujuannya emang mo ngebantu temen2 yg pengen bangun rumah. sapa tau masukannya bermanfaat ;)
emang bener, rasanya puas banget klo bangunannya uda berdiri. waktu gw ngebangun rumah ortu di Bogor, tiap wiken bolak-balik Depok-Bogor. capeknyaaaaa... tapi pas uda jadi, seneng banget :)
xie xie ya sus.
posting lu ini lgs gue save deh utk acuan. :)
@pitshu: wuaa bisa kkn nih utk jasa arsitek (cicinya pitshu). hehe =p
@limmy: sama2 lim. gw juga bisa nulis ini krn terinspirasi keinginan lu bangun rumah :). semoga membantu :)
aduhh... dari kemarin mau comment enggak bisa :((
buka blognya aja ga bisa apa lagi baca dan comment hiks hiks
berat mom blog nah ^^
bisa pakai jasa si cici harga temen wakakakak :)
yang pasti kalo mau ngebangun rumah, selain harus siap duit juga siap mental! huahahaha.
nyari kontraktor harus yang bener2. yang bisa diandelin dan bisa dipercaya. biasanya pas awal2 sih ok, ntar lama2 pas udah tahap finishing jadi nyebelin.
siap2 mental buat berantem ama kontraktor nya. huahahaha. jadi inget jaman2 pas lagi ngebangun rumah. cape ati... :P
tapi emang enaknya kalo ngebangun sendiri tuh semua isinya sesuai yang kita mau.
ya gitu lah ada plus dan minus.
so ya itu.. siap2 mental aja... :D
dan survey kontraktornya kudu bener2 survey, jangan asal percaya walaupun itu temen sendiri. kalo udah masalah bisnis, temen udah gak ajdi temen lagi... :P
btw harga pembangunan rumah emang masih sekitar 2 juta per meter persegi. tapi kadang bisa sampe 2,5 juta. tergantung bahan yang dipake.
tapi kalo tanah 1 juta per meter persegi di jakarta kayaknya udah gak ada sus.. hehehe. kalo di sunter sih pasarannya udah 4 juta per meter persegi. banjir sih banjir, tapi harga tanah naik terusss.. huahahaha. aneh ya. :P
inilah gunanya dulu belajar Software Project Management ya?
bisa diapply kemana mana =))
@pitshu: blog gw jadi berat gara2 poto2 itu kali, pit. hehehe... wah, boleh ya harga temen? nanti deh klo gw niat bangun rumah lagi, sapa tau cocok sama cici lu ;)
@arman: waks! 4jt/m2? tapi emang sih, di depok aja waktu gw beli rumah Pesona uda 2jt/m2. trus skg uda naek 30% dalam waktu gak sampe setaon. harga tanah emang akan selalu naek terus.
tapi klo dicari2, mestinya ada kali ya yg masih make sense, walaupun agak di gang or pelosok :)
emang, utk yg agak mahalan, harganya bisa 2.5jt/m2. tergantung kita maunya gimana.
bangun rumah emang harus siap mental dan materi. klo gak kuat, bisa terbengkalai di tengah jalan :)
@anung: hahaha, iya nih, nung. uda biasa pake deadline, jadi apa2 serba di-deadline ;)
Kalau memang rumahnya sudah terserang rayap ya mendingan dimusnahkan dulu kan ?
Jangan pake sembarang teknologi. kalau surat-surat berharga rusak kan jadinya mahal juga kan?
kan lucu kalau alasan permohoanan pembuatan akte tanah baru karena yang lama dimakan rayap.
udah ada kok teknologi yang bisa bikin tidur lelap rayap lenyap.
namanya Exterra. metodenya umpan, teknologi ini sudah banyak teruji memberikan solusi bagi bangunan yang sudah mencoba berbagai macam teknologi namun tidak pernah tuntas.
Kalau rekan - rekan mau tahu lebih banyak bisa buka website kami
www.termitenator.net
Kami adalah PT. Narwastu Berkah Estetika, Exterra Indonesia Authorized Operator.
Hotline kami adalah 021 -707 303 31 / 0819 666 347 yang tersedia 7 hari seminggu.
Survey dan konsultasi tidak dikenakan biaya.
Silahkan langsung menghubungi kami.
Terima Kasih.
Bukan Sembarang Kecap
Urusan Rayap Biar Kite yang Garap
Abang Tancap Reyap Lenyap
@marko: haduh, sekalian ngiklan yeeee... huehehehehe.
Post a Comment