Wednesday, January 02, 2008

Lintas Jawa - Ziarah

TPU Cungkup (Bantul)

Keesokan harinya setelah sampai di Jogja, yang pertama kali kami lakukan adalah sowan ke tempat Bude Ning, yaitu kakak tertua babe. Beliau uda berumur 75 tahun, tapi masih terlihat cantik, sehat dan gesit. Bude Ning ini ternyata dulu adalah perias pengantin untuk Mbak Dina dan Mas Yoyok, anak tertua mami. Jadi bisa dibilang, keluarga gw n keluarga Mas Adi uda saling kenal, jauh sebelum gw n Mas Adi ktemu. Lucu ya?

Setelah sowan ke tempat Bude Ning, kami langsung meluncur ke makam eyang kakung (bapaknya babe) yg meninggal ketika gw mau lulus SD. Eyang kakung RM Sukardjo adalah salah satu pejuang tanah air, yang menolak untuk dikuburkan di taman makam pahlawan, dan justru memilih tempat peristirahatan terakhirnya di makam biasa, yaitu TPU Cungkup, Jogjakarta. Selain eyang kakung, eyang putri juga dimakamkan di TPU yang sama.




Makam eyang kakung. Nyak, babe, Bude Ning berdoa bersama. Gw? Cengar-cengir pasang aksi. Hihihihi.


Makam eyang putri. Beliau meninggal tahun lalu pada umur yang ke-92.



Makam Raja-raja Jawa dan Batu Gilang (Kota Gede)

Setelah ziarah di makam eyang, kami meluncur ke Kota Gede. Kota Gede terkenal akan kerajinan peraknya. Tapi kami ke sana bukan untuk memborong pernak-pernik dari perak, melainkan ziarah ke makam raja-raja Jawa. Setelah itu lanjut ke situs Batu Gilang yang terletak tak jauh dari kompleks makam.


Mas Adi n nyak di depan gerbang makam raja-raja Jawa.


Sayang kami gak boleh moto2 di dalem. Padahal justru di situ bener2 terasa suasana mistis dan kharismatik. Untuk masuk ke areal makam harus berganti baju adat Jawa, yang pria pake surjan dan blangkon, sedangkan yg wanita pake kemben. Selain makam, terdapat juga areal yang dulunya digunakan sebagai tempat pemandian putri-putri raja. Tempatnya sih udah tua dimakan usia, tapi masih tetap eksotis. Makam ini selalu dipenuhi orang2 yg hendak berziarah, terutama pada malam 1 Suro, yaitu malam pergantian tahun baru Jawa.





Nyak, Mas Adi, gw n Babe mencoba ritual di atas Batu Gilang. Ritual pertama kali adalah mengukur batu pada tiap sisinya dengan tangan secara keliling. Setelah itu merentangkan tangan di atasnya secara diagonal.


Batu Gilang merupakan tempat duduk raja Jawa ketika pertama kali bertahta. Batu Gilang berbentuk segi empat panjang dan memiliki nuansa mistis. Konon katanya, jika kita merentangkan tangan secara diagonal, dan kedua ujung jari tangan kita menyentuh sudut2 batu (seperti gambar di atas), maka semua keinginan kita akan terkabul.

Nyak, gw, Mas Adi dan babe mencoba merentangkan tangan, tapi hanya babe yg berhasil menyentuh sudut2 batu. Nyak n gw masih jauh banget. Sedangkan Mas Adi kurang 1 ruas jari.

Babe cerita, dulu ketika pertama kali mencoba ritual ini, ada orang bule Belanda yg badannya jauh lebih besar dari babe, dan ketika diukur tangannya pun lebih panjang dari babe. Tapi secara mengejutkan, ternyata ketika bule itu mencoba ritual, kedua tangannya gak berhasil menyentuh sudut2 batu. Sedangkan babe bisa. Aneh, bukan?

3 comments:

Pitshu said...

kok makamnya lom di batu ? atau emang enggak di batu!

wah jeung susi tangannya ga sampe, ga terkabul donk keinginannya ^^, tuw Opa(aku kan cucu boleh nemu di blog ^^) tangannya nyampe lho~ hehehe :)

keinginannya klo mau terkabul bisa nitip ama Opa bisa donk yah ?!kekekeke ^^

.:acen147:. said...

@pisthu: makam eyang putri blom dibatu soalnya blom 3 taon, pit. kan baru taon kemaren meninggalnya.

iya nih, gw juga nitip keinginan sama bokap. sapa tau ikut terkabul. hihihihi.

Anonymous said...

wah.. jadi pengen ikutan ke tu batu.. minta biar seluru permintaan anung dalam hidup dikabulkan!

*yes! all in one :))*