Hari ini gw mendapatkan pengalaman berharga dari nyak-babe...
Adalah salah seorang kerabat, sebut aja namanya Om X. Selama ini Om X ikut membantu proses pembangunan Rumah Dahlia. Om X hidup sangat sederhana, namun kesederhanaan tidak membuatnya malas. Dia sangat rajin dan bisa diandalkan. Walaupun panggilan tugas datangnya kadang mendadak – pernah diminta datang jam 2 pagi –, tidak menyurutkan langkahnya memenuhi pekerjaan yang dipercayakan oleh babe. Selain rajin, Om X sangat jujur. Kejujurannya membuat nyak-babe mempercayakan urusan pembelian bahan2 bangunan padanya. Hebatnya, sebelum dia memutuskan akan membeli dimana, dia akan lebih dulu survey ke banyak toko bangunan utk mencari harga termurah. Dengan usahanya itu, nyak-babe beberapa kali merasa beruntung karena dapet barang berkualitas dg harga bagus.
Melihat kejujuran dan kegigihannya yang tanpa mengenal lelah apalagi mengeluh, nyak-babe berencana menghadiahinya sebuah sepeda motor terbaru. Selama ini satu2nya alat transportasi yg dipake mondar-mandir cuma motor hasil pinjaman untuk narik ojeg. Itu pun kondisinya mengenaskan, lampu mati, mesin sering ngadat, ban bolak-balik bocor.
Kamis kemaren, tiba2 babe menyuruhnya mencari dealer motor dan memilih motor yang dia suka. Seketika itu juga wajahnya berubah jadi bingung. Sampai beberapa kali diyakinkan, dia baru sadar bahwa dia akan dibelikan motor. Ketika dia bener2 dibawa ke dealer motor dan dengan mata kepala sendiri dia melihat nyak-babe membayar tunai motor idamannya, dia masih gak percaya, apakah ini mimpi atau bukan. Berkali2 dia hanya mengatakan, bahwa selama puluhan tahun, dia bahkan gak pernah kepikiran utk beli motor bekas, lha ini kok malah dibeliin motor paling terbaru. Hehehehe.
Akhir kata, di tengah ketidakpercayannya, nyak-babe cuma berpesan padanya, agar motor itu dirawat, karena nantinya bisa dijadiin modal hidup, bisa narik ojeg tanpa harus pinjam punya orang.
Entah apa yg ada dalam pikirannya, yg jelas, terakhir gw liat dia meninggalkan rumah nyak-babe, wajahnya terlihat sangat bahagia. Dan percaya atau gak, secara tidak langsung, gw ikut merasakan kebahagiannya. Padahal bukan gw lho yg bantuin dia dan bukan gw juga yg dapet motor. Hehehe. Tapi membuat orang lain bahagia, ternyata ”menularkan” suasana hati yg membahagiakan juga :)
Gw masih inget banget, waktu gw masih kecil, kehidupan ortu gw serba kekurangan. Salah satu alesan mereka cuma mau punya 1 anak, adalah karena mereka merasa hanya sanggup membiayai 1 anak. Itu pun harus pontang-panting.
Tapi emang Tuhan itu Maha Baik. Dengan segala perjuangan mereka, akhirnya mereka diberi petunjuk Tuhan. Rejeki entah darimana tiba2 aja dateng. Atau kebaikan kerabat yang mau minjemin uang. Atau gw dapet beasiswa sehingga bisa meringankan beban biaya kuliah. Pokoknya, berbagai kemudahan seolah2 datang seperti mukjizat.
Dan ketika roda kehidupan berputar, kenyataan yang dulu terasa pahit, kini berubah menjadi sangat manis. Gw, sebagai anak tunggal mereka, bersyukur, melihat masa2 gemilang mereka justru terjadi di masa tua, dimana udah gak ada lagi beban yg harus mereka tanggung. Karena satu2nya anak mereka uda cukup dewasa, dan bisa dibilang mandiri.
Mungkin karena itu juga lah, nyak-babe sekarang diberi pandangan yang lebih luas olehNya. Bahwa setelah selesai menunaikan tugas sebagai orangtua kepada anaknya, di sekitar mereka masih banyak kerabat yang perlu dibantu. Tapi mereka bukan sembarang mau membantu gitu aja. Mereka memilih orang2 yang bener2 mau berusaha, jujur, dan emang pantas dibantu.
Sayangnya, kadang orang memanfaatkan kebaikan mereka tanpa memperlihatkan itikad baik utk sekedar berterimakasih. Uda gak kehitung berapa nilai hutang yang gak kembali, dan yang berhutang itu boro2 bertegur-sapa klo papasan. Yah, manusia emang aneh2 yah... dulu waktu kami sekeluarga hidup susah, gak banyak orang yang mo bantu. Sekarang giliran bisa ngebantu orang, eh yang dibantu kok begitu sifatnya? Hehehe.
Untungnya, ulah segelintir orang itu gak bikin nyak-babe "kapok". Bahkan pesan hari ini yang baru aja gw terima dari nyak adalah...
"Pada saat kita mampu, jangan sombong dan jangan pelit. Uang kamu gak akan habis, rejeki gak akan kemana, klo dipake untuk membantu sesama..."
Dari pesannya itu, membuat gw kembali berpikir... dengan gaji gw dan Mas Adi yang sekarang, emang sih udah lebih dari cukup bagi kami berdua, bisa mandiri, uda ada rumah dan kendaraan hasil jerih payah sendiri, dan masih berlebih untuk nabung guna persiapan klo punya anak dari dia baru lahir sampe dewasa nanti. Pokoknya masa depan terpampang sangat cerah di depan mata.
Tapi, ngebantu orang lain? Apa bisa? Apalagi sampe kaya' nyak-babe, kasih orang modal usaha, yang artinya bantuan sampai jangka panjang. Perlu uang berapa tuh biar bisa seperti itu?
Selama ini, gw n Mas Adi merasa uda kerja keras banting tulang utk memenuhi ambisi pribadi kami berdua. Herannya, setiap satu keinginan terpenuhi, muncul lagi keinginan baru. Lama-kelamaan, mungkin kami gak akan pernah puas dengan semua yg telah kami peroleh. Jadi, boro2 gw bisa mikirin kesusahan orang lain, lha wong untuk diri sendiri selalu merasa "susah" dan "kurang".
Mungkin, kami harus benar2 kaya, baru bisa bantu orang lain. Klo gitu, kerja yang sekarang sih gak cukup. Harus ada usaha sampingan biar pundi2 uang semakin bertambah. Baru deh sanggup bantuin yang kekurangan.
Hmmm... seandainya gw orang kaya, punya usaha sendiri, gw akan ajak saudara2 yang masih pada nganggur utk ikut ngebangun usaha itu, gw karyakan mereka, sehingga mereka jadi berpenghasilan dan taraf hidupnya meningkat.
Seandainya gw orang kaya, gw bantu mereka2 yang terpaksa putus pendidikan karena ketidakmampuan membayar sekolah/kuliah yang semakin hari semakin mahal. Gw mau mereka punya pendidikan tinggi, biar gampang cari kerja, dan bermasa depan cerah.
Seandainya gw orang kaya, gw jamin kehidupan oma-opa, eyang putri-eyang kakung, dan semua yang uda tua2, yang uda gak mungkin lagi bisa kerja untuk dapetin uang.
Seandainya gw orang kaya, gw pastinya akan bahagiain nyak-babe, mami-papi, di masa tua mereka. Mungkin tiap taun ajak mereka berlibur ke luar negri?
Seandainya... seandainya... waaaaaaaaah, banyak banget kata2 "seandainya" yang terlintas dalam pikiran gw.
Tapi trus, gw berhenti pada pemikiran... seandainya gw orang kaya, apakah hati gw juga akan "kaya", seperti nyak-babe? Yang walaupun sudah berada pada posisi di atas, tapi masih mau menengok kembali ke bawah dan mengulurkan tangan bagi yang benar2 membutuhkan? Dan ketika mereka memutuskan untuk membantu orang itu, mereka lakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih atau takut kekayaannya berkurang?
Gw kok agak2 pesimis bisa seperti mereka, ya? Dan rasanya, kesangsian tadi bukan hanya ditujukan pada diri gw sendiri, namun juga pada kebanyakan orang kaya di negeri ini...
Karena kenyataannya, banyak orang yang uda kaya tapi gak punya "kekayaan" pada hati mereka.
Karena kenyataannya, jika semua orang kaya juga "kaya" hati... gw rasa gak akan ada orang miskin di dunia ini.
Karena kenyataannya, untuk membantu orang, tidak pake syarat mutlak harus kaya secara materi, tapi udah pasti "kaya" hati...
Klo gitu, menjadi kaya saja tidak cukup...
Klo gitu, doa pada Tuhan tidak hanya berhenti pada...
"Tuhan, berikan aku banyak rejeki..."
Klo gitu, doa pada Tuhan harus sedikit direvisi, menjadi...
"Tuhan, jadikan aku kaya. Kaya dalam materi, tapi yang terpenting, juga kaya dalam hati..."
Amin.
Adalah salah seorang kerabat, sebut aja namanya Om X. Selama ini Om X ikut membantu proses pembangunan Rumah Dahlia. Om X hidup sangat sederhana, namun kesederhanaan tidak membuatnya malas. Dia sangat rajin dan bisa diandalkan. Walaupun panggilan tugas datangnya kadang mendadak – pernah diminta datang jam 2 pagi –, tidak menyurutkan langkahnya memenuhi pekerjaan yang dipercayakan oleh babe. Selain rajin, Om X sangat jujur. Kejujurannya membuat nyak-babe mempercayakan urusan pembelian bahan2 bangunan padanya. Hebatnya, sebelum dia memutuskan akan membeli dimana, dia akan lebih dulu survey ke banyak toko bangunan utk mencari harga termurah. Dengan usahanya itu, nyak-babe beberapa kali merasa beruntung karena dapet barang berkualitas dg harga bagus.
Melihat kejujuran dan kegigihannya yang tanpa mengenal lelah apalagi mengeluh, nyak-babe berencana menghadiahinya sebuah sepeda motor terbaru. Selama ini satu2nya alat transportasi yg dipake mondar-mandir cuma motor hasil pinjaman untuk narik ojeg. Itu pun kondisinya mengenaskan, lampu mati, mesin sering ngadat, ban bolak-balik bocor.
Kamis kemaren, tiba2 babe menyuruhnya mencari dealer motor dan memilih motor yang dia suka. Seketika itu juga wajahnya berubah jadi bingung. Sampai beberapa kali diyakinkan, dia baru sadar bahwa dia akan dibelikan motor. Ketika dia bener2 dibawa ke dealer motor dan dengan mata kepala sendiri dia melihat nyak-babe membayar tunai motor idamannya, dia masih gak percaya, apakah ini mimpi atau bukan. Berkali2 dia hanya mengatakan, bahwa selama puluhan tahun, dia bahkan gak pernah kepikiran utk beli motor bekas, lha ini kok malah dibeliin motor paling terbaru. Hehehehe.
Akhir kata, di tengah ketidakpercayannya, nyak-babe cuma berpesan padanya, agar motor itu dirawat, karena nantinya bisa dijadiin modal hidup, bisa narik ojeg tanpa harus pinjam punya orang.
Entah apa yg ada dalam pikirannya, yg jelas, terakhir gw liat dia meninggalkan rumah nyak-babe, wajahnya terlihat sangat bahagia. Dan percaya atau gak, secara tidak langsung, gw ikut merasakan kebahagiannya. Padahal bukan gw lho yg bantuin dia dan bukan gw juga yg dapet motor. Hehehe. Tapi membuat orang lain bahagia, ternyata ”menularkan” suasana hati yg membahagiakan juga :)
Gw masih inget banget, waktu gw masih kecil, kehidupan ortu gw serba kekurangan. Salah satu alesan mereka cuma mau punya 1 anak, adalah karena mereka merasa hanya sanggup membiayai 1 anak. Itu pun harus pontang-panting.
Tapi emang Tuhan itu Maha Baik. Dengan segala perjuangan mereka, akhirnya mereka diberi petunjuk Tuhan. Rejeki entah darimana tiba2 aja dateng. Atau kebaikan kerabat yang mau minjemin uang. Atau gw dapet beasiswa sehingga bisa meringankan beban biaya kuliah. Pokoknya, berbagai kemudahan seolah2 datang seperti mukjizat.
Dan ketika roda kehidupan berputar, kenyataan yang dulu terasa pahit, kini berubah menjadi sangat manis. Gw, sebagai anak tunggal mereka, bersyukur, melihat masa2 gemilang mereka justru terjadi di masa tua, dimana udah gak ada lagi beban yg harus mereka tanggung. Karena satu2nya anak mereka uda cukup dewasa, dan bisa dibilang mandiri.
Mungkin karena itu juga lah, nyak-babe sekarang diberi pandangan yang lebih luas olehNya. Bahwa setelah selesai menunaikan tugas sebagai orangtua kepada anaknya, di sekitar mereka masih banyak kerabat yang perlu dibantu. Tapi mereka bukan sembarang mau membantu gitu aja. Mereka memilih orang2 yang bener2 mau berusaha, jujur, dan emang pantas dibantu.
Sayangnya, kadang orang memanfaatkan kebaikan mereka tanpa memperlihatkan itikad baik utk sekedar berterimakasih. Uda gak kehitung berapa nilai hutang yang gak kembali, dan yang berhutang itu boro2 bertegur-sapa klo papasan. Yah, manusia emang aneh2 yah... dulu waktu kami sekeluarga hidup susah, gak banyak orang yang mo bantu. Sekarang giliran bisa ngebantu orang, eh yang dibantu kok begitu sifatnya? Hehehe.
Untungnya, ulah segelintir orang itu gak bikin nyak-babe "kapok". Bahkan pesan hari ini yang baru aja gw terima dari nyak adalah...
"Pada saat kita mampu, jangan sombong dan jangan pelit. Uang kamu gak akan habis, rejeki gak akan kemana, klo dipake untuk membantu sesama..."
Dari pesannya itu, membuat gw kembali berpikir... dengan gaji gw dan Mas Adi yang sekarang, emang sih udah lebih dari cukup bagi kami berdua, bisa mandiri, uda ada rumah dan kendaraan hasil jerih payah sendiri, dan masih berlebih untuk nabung guna persiapan klo punya anak dari dia baru lahir sampe dewasa nanti. Pokoknya masa depan terpampang sangat cerah di depan mata.
Tapi, ngebantu orang lain? Apa bisa? Apalagi sampe kaya' nyak-babe, kasih orang modal usaha, yang artinya bantuan sampai jangka panjang. Perlu uang berapa tuh biar bisa seperti itu?
Selama ini, gw n Mas Adi merasa uda kerja keras banting tulang utk memenuhi ambisi pribadi kami berdua. Herannya, setiap satu keinginan terpenuhi, muncul lagi keinginan baru. Lama-kelamaan, mungkin kami gak akan pernah puas dengan semua yg telah kami peroleh. Jadi, boro2 gw bisa mikirin kesusahan orang lain, lha wong untuk diri sendiri selalu merasa "susah" dan "kurang".
Mungkin, kami harus benar2 kaya, baru bisa bantu orang lain. Klo gitu, kerja yang sekarang sih gak cukup. Harus ada usaha sampingan biar pundi2 uang semakin bertambah. Baru deh sanggup bantuin yang kekurangan.
Hmmm... seandainya gw orang kaya, punya usaha sendiri, gw akan ajak saudara2 yang masih pada nganggur utk ikut ngebangun usaha itu, gw karyakan mereka, sehingga mereka jadi berpenghasilan dan taraf hidupnya meningkat.
Seandainya gw orang kaya, gw bantu mereka2 yang terpaksa putus pendidikan karena ketidakmampuan membayar sekolah/kuliah yang semakin hari semakin mahal. Gw mau mereka punya pendidikan tinggi, biar gampang cari kerja, dan bermasa depan cerah.
Seandainya gw orang kaya, gw jamin kehidupan oma-opa, eyang putri-eyang kakung, dan semua yang uda tua2, yang uda gak mungkin lagi bisa kerja untuk dapetin uang.
Seandainya gw orang kaya, gw pastinya akan bahagiain nyak-babe, mami-papi, di masa tua mereka. Mungkin tiap taun ajak mereka berlibur ke luar negri?
Seandainya... seandainya... waaaaaaaaah, banyak banget kata2 "seandainya" yang terlintas dalam pikiran gw.
Tapi trus, gw berhenti pada pemikiran... seandainya gw orang kaya, apakah hati gw juga akan "kaya", seperti nyak-babe? Yang walaupun sudah berada pada posisi di atas, tapi masih mau menengok kembali ke bawah dan mengulurkan tangan bagi yang benar2 membutuhkan? Dan ketika mereka memutuskan untuk membantu orang itu, mereka lakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih atau takut kekayaannya berkurang?
Gw kok agak2 pesimis bisa seperti mereka, ya? Dan rasanya, kesangsian tadi bukan hanya ditujukan pada diri gw sendiri, namun juga pada kebanyakan orang kaya di negeri ini...
Karena kenyataannya, banyak orang yang uda kaya tapi gak punya "kekayaan" pada hati mereka.
Karena kenyataannya, jika semua orang kaya juga "kaya" hati... gw rasa gak akan ada orang miskin di dunia ini.
Karena kenyataannya, untuk membantu orang, tidak pake syarat mutlak harus kaya secara materi, tapi udah pasti "kaya" hati...
Klo gitu, menjadi kaya saja tidak cukup...
Klo gitu, doa pada Tuhan tidak hanya berhenti pada...
"Tuhan, berikan aku banyak rejeki..."
Klo gitu, doa pada Tuhan harus sedikit direvisi, menjadi...
"Tuhan, jadikan aku kaya. Kaya dalam materi, tapi yang terpenting, juga kaya dalam hati..."
Amin.
9 comments:
huahh... tapi g suka pelid, sama orang muda yang suka na males2 cuma bisa ngamen enggak jelas, dan mintak2 duit ! wakakakakak ...
Banyak memberi pada yang membutuhkan, kita juga jadi banyak masukan.
sus, ga selamanya mempekerjakan sodara atau temen itu enak lho. buktinya si adi. udah berkali2 dikhianati oleh sodara sendiri.
warnet gue yg jagain temen2nya adi.sama aza bermasalah bngt.
gue dan adi sampe bersumpah lain kali kalo cari anak buah ga mau dr sodara/temen lagi. mending orang yg ga gue kenal biar bisa diatur/diomelin.
Betul2.. manusia emang gak pernah puas ya, jd klo musti nunggu kaya dulu, gak akan pernah kesampean ya kynya buat berbagi, krn walopun udh kaya jg pasti akan selalu merasa kurang *sotoy mode on, ky gue dah kaya aza.. haha*
Mgkn idealnya klo kita bs berdoa : "Tuhan, jadikan aku merasa kaya n puas n selalu bersyukur dgn keadaan ku skrg ini, sehingga dlm keadaan apa pun jg, aku bs berbagi.. Amin." *hueeee ampiuun... * hehe, kpn ya bs jd manusia spt itu..
@pitshu n limmy: klo mo ngebantu orang emang mestinya diliat2 dulu, dia layak dibantu gak. dan sebaiknya kasih bantuan pada orang yg emang jujur, bener2 mau usaha dan kerja keras. klo pun dia gak sukses, semata2 karena emang nasib baik belum berpihak padanya.
nyak-babe juga gak sembarangan kok nolongin orang. belajar dari pengalaman juga, beberapa kali orang yg ditolong malah balik nipu.
tapi semoga pengalaman2 tsb gak bikin kita sebagai manusia menyamaratakan manusia lain punya tabiat jelek begitu :)
@pythia: o iya, revisi doanya harus ditambah lagi, yaitu harus selalu bersyukur atas apa pun yg diberikan olehNya, baik itu rejeki maupun cobaan, karena pasti ada hikmah di baliknya. sip dah ;)
wah nyak babe lu patut dicontoh sus...
thanks for sharing
salut buat nyak babe loe... :) jarang loh ada orang bisa begitu mulia hatinya...patut dijadikan teladan nih :)
duhhh sus,...thanks buwat ngingetin lagiy,...
amin....
iya yak..kaya materi mah ga perna ada standardna :P kaya itu segimana, mo punya gaji 20jeti sebulan, kl belanjanya kelas atas semua, teutep aja kekurangan yak :D
thank you for sharing juga jeng ^^
@arman, fun, bebek, tata: sama2 dey. gw juga banyak mengambil hikmah dari kejadian itu. emang sih klo namanya kekayaan itu gak bisa diukur dg pasti. di atas langit masih ada langit. dan yang pasti keinginan kita sendiri pastinya menembus batas langit itu. hehehe.
Post a Comment