Beberapa hari yg lalu gw penah membahas hal ini sama Limmy n Viol di email. Walaupun gw sibuk, ber-email-an dg mereka emang selalu mengasyikan. Jadinya selalu aja gw sempetin intip topik yg lagi dibahas. Klo sempet, gw bales dan ikut larut dalam topik bersama mereka.
Nah topik yg sempat hangat dibahas adalah soal nasib seorang wanita.
Klo dipikir2, jadi seorang wanita punya posisi lebih lemah dibanding laki2. Secara fisik aja uda keliatan. Mungkin uda kodratnya jadi wanita harus begitu ya?
Hmmm... bisa jadi. Contohnya banyak. Dalam hal karir, potensi seorang wanita berkeluarga dan punya anak mencari pekerjaan menjadi lebih berkurang dibanding wanita single. Klo laki2 gak begitu. Mungkin para pencari kerja mikirnya klo wanita uda punya anak akan susah bagi waktu antara keluarga dan pekerjaan. Klo anaknya sakit, pasti harus pulang. Dan mereka juga gak mungkin disuruh lembur. Apalagi tugas ke luar kota.
Walaupun banyak wanita yg sukses dalam karir dan rumah tangga, tapi bisa dibilang jumlahnya lebih sedikit dibanding wanita yg sukses hanya di salah satunya.
Dan pastinya ada bagian yg harus dikorbankan untuk mencapai sukses di keduanya. Contohnya gak usah jauh2, yaitu gw sendiri... Gw punya nyak yg wanita karir tulen. Dulu waktu gw masih kecil, gw lebih banyak diasuh sama pembantu dibanding sama nyak. Bahkan klo pembantu gw pulang kampung, gw bisa panas demam. Tapi klo nyak gw yg dinas ke luar kota, gw fine2 aja. Hehehe.
Untungnya walaupun berkurang, nyak masih berusaha menyempatkan diri untuk mengikuti perkembangan anaknya. Seperti memantau kegiatan sekolah, rekreasi bersama, gak lupa juga mengurus suami. Mungkin perhatian yg gw dapat gak sebanyak teman2 gw yg ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga aja. Tapi masih dibilang cukup lah, dan gak sampe bikin gw kehilangan kasih sayang seorang ibu. Sampai gw dewasa sekarang, akhirnya gw mengakui bahwa nyak adalah salah seorang wanita yg cerdas sehingga sukses membina karir dan keluarga.
Tapi untuk menjadi seperti nyak gak gampang. Memasuki usia 30 tahun, gw baru sadar bahwa sebenernya tugas seorang wanita itu lebih berat. Kebetulan gw juga punya sahabat yg uda punya anak, yaitu Limmy. Yang gw liat, selain harus ke kantor dan repot dg urusan kerjaan, harus juga urus suami, gak lupa urus anak. Klo anaknya sakit, dia terpaksa gak ke kantor. Lama-kelamaan gantian deh dia yg sakit karena kecapekan. Hehehehe.
Tapi yah... apa mo dikata... jaman sekarang, klo mau punya pemasukan yg memadai, seorang istri harus bisa ikut bantu suami menopang ekonomi keluarga. Kecuali punya suami konglomerat yg harta warisannya gak abis 7 turunan, mungkin bisa lain ceritanya. Hehehe.
Selain itu, bekerja bukan hanya sebagai ajang untuk mencari uang, tapi sekaligus juga sebagai tempat mengaktualisasikan diri. Sebagai seorang wanita, kita juga berhak menjadi pintar, gesit, mandiri, dan punya penghasilan sendiri. Karena itu kita harus aktif, bekerja dan terus membuka wawasan.
Bekerja bukan hanya di kantor. Bisa jualan, buka sanggar senam, kasih bimbingan les, bahkan di salah satu koran gw pernah baca seorang wanita jadi tukang tambal ban, penarik becak, tukang ojek, supir bus... apa pun yg membuat kita beraktivitas sekaligus mencari uang deh.
Kenapa sih kok gw menekankan point "punya penghasilan sendiri"? Balik lagi ke persoalan nasib seorang wanita tadi. Dikarenakan posisi kita yg lemah, kita tidak boleh hanya bergantung dari penghasilan suami.
Seandainya kehidupan berjalan mulus sesuai dg yg kita harapkan, mungkin kita gak usah repot2 cari uang. Tapi kehidupan sering kasih surprise. Baik yg menyenangkan atau menyedihkan. Masih inget kejadian yg menimpa Taufik Savalas? Amit2 semoga jangan sampe kejadian. Tapi kehendak Tuhan siapa yg tau? Klo kita berada di posisi istri Taufik, gimana?
Atau misalnya tiba2 terjadi ketidakcocokan dalam hubungan suami-istri yg berakhir dg perceraian? Sekali lagi amit2 jangan sampe terjadi. But who knows?
Nah pemikiran2 seperti itu lah yg membuat gw menyarankan semua wanita, terutama yg berpendidikan dan sebenarnya bisa berusaha, untuk jangan hanya mengandalkan suami. Kita harus tetap mandiri. Kehidupan kita adalah tanggung jawab kita juga.
Dan klo kita sudah punya penghasilan sendiri, jangan lupa untuk tetap menyisihkan pendapatan kita untuk tabungan pribadi. Gak usah sampe jadi pelit or mengurangi porsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pokoknya yang penting cukup untuk bekal kita. Bisa berupa fixed asset seperti tanah, rumah, atau mobil atau uang seperti tabungan atau deposito.
Klo kita punya suami yg bijak, pasti mereka memahami tindakan yg kita lakukan. Bahkan mendukung. Dari teman2 cowok yg gw kenal, mereka kebanyakan berinvestasi atas nama istri mereka dulu, baru atas nama mereka sendiri. Contohnya, klo beli rumah pertama atas nama istri. Baru mobil atas nama suami. Atau kebalikan. Yang penting mereka sudah "membekali" istrinya dulu.
Seandainya masalah uang adalah masalah yg sensitif, karena tidak semua suami bisa menerima ide ini, maka tidak lah salah klo kita nabung aja sendiri. Gak usah bilang2 suami. Toh kita gak mencuri apa pun, karena yg kita simpan adalah uang kita sendiri. Dan kita tetap memenuhi kewajiban bayar ini dan itu.
Intinya sih... pinter2nya kita mengatur masa depan kita lah.
Dan, sekali lagi... jangan cuma mengandalkan suami atau orang lain siapa pun itu. Harus mandiri. Lagian, jaman sekarang uda berubah. Banyak orang setuju bahwa wanita yg menarik adalah yg wanita punya banyak cara dan kreatif untuk survive dalam hidupnya sendiri.
Mari kita membalikkan keadaan "nasib wanita yg lemah" menjadi "nasib wanita boleh lemah tapi wanita juga cukup cerdas untuk menjadi kuat". Hidup wanita!!
*Hufff... semangat feminisme gw meledak2 sekali hari ini yak... hihihihi*
Nah topik yg sempat hangat dibahas adalah soal nasib seorang wanita.
Klo dipikir2, jadi seorang wanita punya posisi lebih lemah dibanding laki2. Secara fisik aja uda keliatan. Mungkin uda kodratnya jadi wanita harus begitu ya?
Hmmm... bisa jadi. Contohnya banyak. Dalam hal karir, potensi seorang wanita berkeluarga dan punya anak mencari pekerjaan menjadi lebih berkurang dibanding wanita single. Klo laki2 gak begitu. Mungkin para pencari kerja mikirnya klo wanita uda punya anak akan susah bagi waktu antara keluarga dan pekerjaan. Klo anaknya sakit, pasti harus pulang. Dan mereka juga gak mungkin disuruh lembur. Apalagi tugas ke luar kota.
Walaupun banyak wanita yg sukses dalam karir dan rumah tangga, tapi bisa dibilang jumlahnya lebih sedikit dibanding wanita yg sukses hanya di salah satunya.
Dan pastinya ada bagian yg harus dikorbankan untuk mencapai sukses di keduanya. Contohnya gak usah jauh2, yaitu gw sendiri... Gw punya nyak yg wanita karir tulen. Dulu waktu gw masih kecil, gw lebih banyak diasuh sama pembantu dibanding sama nyak. Bahkan klo pembantu gw pulang kampung, gw bisa panas demam. Tapi klo nyak gw yg dinas ke luar kota, gw fine2 aja. Hehehe.
Untungnya walaupun berkurang, nyak masih berusaha menyempatkan diri untuk mengikuti perkembangan anaknya. Seperti memantau kegiatan sekolah, rekreasi bersama, gak lupa juga mengurus suami. Mungkin perhatian yg gw dapat gak sebanyak teman2 gw yg ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga aja. Tapi masih dibilang cukup lah, dan gak sampe bikin gw kehilangan kasih sayang seorang ibu. Sampai gw dewasa sekarang, akhirnya gw mengakui bahwa nyak adalah salah seorang wanita yg cerdas sehingga sukses membina karir dan keluarga.
Tapi untuk menjadi seperti nyak gak gampang. Memasuki usia 30 tahun, gw baru sadar bahwa sebenernya tugas seorang wanita itu lebih berat. Kebetulan gw juga punya sahabat yg uda punya anak, yaitu Limmy. Yang gw liat, selain harus ke kantor dan repot dg urusan kerjaan, harus juga urus suami, gak lupa urus anak. Klo anaknya sakit, dia terpaksa gak ke kantor. Lama-kelamaan gantian deh dia yg sakit karena kecapekan. Hehehehe.
Tapi yah... apa mo dikata... jaman sekarang, klo mau punya pemasukan yg memadai, seorang istri harus bisa ikut bantu suami menopang ekonomi keluarga. Kecuali punya suami konglomerat yg harta warisannya gak abis 7 turunan, mungkin bisa lain ceritanya. Hehehe.
Selain itu, bekerja bukan hanya sebagai ajang untuk mencari uang, tapi sekaligus juga sebagai tempat mengaktualisasikan diri. Sebagai seorang wanita, kita juga berhak menjadi pintar, gesit, mandiri, dan punya penghasilan sendiri. Karena itu kita harus aktif, bekerja dan terus membuka wawasan.
Bekerja bukan hanya di kantor. Bisa jualan, buka sanggar senam, kasih bimbingan les, bahkan di salah satu koran gw pernah baca seorang wanita jadi tukang tambal ban, penarik becak, tukang ojek, supir bus... apa pun yg membuat kita beraktivitas sekaligus mencari uang deh.
Kenapa sih kok gw menekankan point "punya penghasilan sendiri"? Balik lagi ke persoalan nasib seorang wanita tadi. Dikarenakan posisi kita yg lemah, kita tidak boleh hanya bergantung dari penghasilan suami.
Seandainya kehidupan berjalan mulus sesuai dg yg kita harapkan, mungkin kita gak usah repot2 cari uang. Tapi kehidupan sering kasih surprise. Baik yg menyenangkan atau menyedihkan. Masih inget kejadian yg menimpa Taufik Savalas? Amit2 semoga jangan sampe kejadian. Tapi kehendak Tuhan siapa yg tau? Klo kita berada di posisi istri Taufik, gimana?
Atau misalnya tiba2 terjadi ketidakcocokan dalam hubungan suami-istri yg berakhir dg perceraian? Sekali lagi amit2 jangan sampe terjadi. But who knows?
Nah pemikiran2 seperti itu lah yg membuat gw menyarankan semua wanita, terutama yg berpendidikan dan sebenarnya bisa berusaha, untuk jangan hanya mengandalkan suami. Kita harus tetap mandiri. Kehidupan kita adalah tanggung jawab kita juga.
Dan klo kita sudah punya penghasilan sendiri, jangan lupa untuk tetap menyisihkan pendapatan kita untuk tabungan pribadi. Gak usah sampe jadi pelit or mengurangi porsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pokoknya yang penting cukup untuk bekal kita. Bisa berupa fixed asset seperti tanah, rumah, atau mobil atau uang seperti tabungan atau deposito.
Klo kita punya suami yg bijak, pasti mereka memahami tindakan yg kita lakukan. Bahkan mendukung. Dari teman2 cowok yg gw kenal, mereka kebanyakan berinvestasi atas nama istri mereka dulu, baru atas nama mereka sendiri. Contohnya, klo beli rumah pertama atas nama istri. Baru mobil atas nama suami. Atau kebalikan. Yang penting mereka sudah "membekali" istrinya dulu.
Seandainya masalah uang adalah masalah yg sensitif, karena tidak semua suami bisa menerima ide ini, maka tidak lah salah klo kita nabung aja sendiri. Gak usah bilang2 suami. Toh kita gak mencuri apa pun, karena yg kita simpan adalah uang kita sendiri. Dan kita tetap memenuhi kewajiban bayar ini dan itu.
Intinya sih... pinter2nya kita mengatur masa depan kita lah.
Dan, sekali lagi... jangan cuma mengandalkan suami atau orang lain siapa pun itu. Harus mandiri. Lagian, jaman sekarang uda berubah. Banyak orang setuju bahwa wanita yg menarik adalah yg wanita punya banyak cara dan kreatif untuk survive dalam hidupnya sendiri.
Mari kita membalikkan keadaan "nasib wanita yg lemah" menjadi "nasib wanita boleh lemah tapi wanita juga cukup cerdas untuk menjadi kuat". Hidup wanita!!
*Hufff... semangat feminisme gw meledak2 sekali hari ini yak... hihihihi*
9 comments:
sus,bahas topik perbedaan pasangan sebelum dan sesudah merit dong. pasti seru. hehe
setuju banget suusss!! HIDUUUPPP!!! gue justru ga suka kalo cewe terlalu ngebebanin semua ke cowo, kalo kita jg bisa, why not?
MERDERKAAA!! *apaan siii* =))
setubuhhh!!
hidup wanita mandiri.. :D
tergantung bole, tp jgn ampe total aja kali ya...
sedang belajar untuk itu :)
speechless.. :D
setubuh.. seiman dan sehati.. kekeke..
noone can guarantee our life, makanya setuju banget cewe juga bisa mandiri.
Kalau mau dibilang lemah, justru dari sini keliatan wanita kuat sus.. bisa melahirkan, sakit mens, kerja, ngurusin keluarga, sukses di kerjaan..
Makanya tulang wanita konon katanya itam karena banyak beban itu.. dan tingkat survivalnya lebih tinggi dari cowo.. kesimpulan wanita lebih kuat.. kekekeke
@limmy: iya, nanti gw bahas. tapi topik begitu cuma bisa buat yg uda merit, lim. klo yg belum nanti pada gak mo berpartisipasi :D.
@piku: MERDEKAAAAA jugaaa!!! HIDUP WANITA!!! abis ini kita demo ke jalan, yuk. hihihhii..
@elita: ayo, kamu pasti bisa ;)
@willy: wah, gw baru tau tuh istilah tulang wanita item. kekekek. emang bener, di balik "kelemahan" dan sifat lemah-lembutnya wanita, terbukti kita paling bisa survive.
@anung: kenapa ya si anung ini selalu berada di tempat dan waktu yg salah? gals... serbu anuuuuuuuuunggg.... wkwkwkwkwkwk...
* nyengir tiba2 ada anung ditengah² ce huehue...
GAL POWER!!!
setujuuu...
Man might be the head of the house, but woman will be the neck for the head...
@nung: sepertinya kita berada di tempat dan waktu yang salah...
*diam2 menyelinap*
@tata: hahahahaa... iya tuh si anung minta dikeroyok sama kita2.
btw, keren tuh quote yg bilang laki2 kepala tapi kita lehernya. hiihihi..
@si om: lhaaa... ini lagi 1 yg nyasar. minta dikeroyok, om?
Post a Comment