Belakangan ini gw lagi sibuk2nya di project. Tiap hari meeting dari pagi sampe malem. Emang ada ya meeting seharian? Kenyataannya demikian. Selain meeting juga sambil develop, dan setelah beberapa saat kemudian hasilnya di-review bersama dengan client. Supaya bisa mengejar target, gw mengerahkan semua anak buah. Gw cukup beruntung memiliki team yang solid. Ditunjang juga dengan kesediaan client untuk membantu. Bahkan kami sampe disediain makanan dan snack... pekerjaan jadi lebih cepat diselesaikan.
Emang sih klo dibandingin dengan project2 yang pernah gw tangani sebelumnya, gw akui klo client yang kali ini lebih memiliki komitmen. Artinya, setiap personel yang terlibat di dalamnya bener2 dedicated utk mengerjakan project ini. Biasanya kan agak susah tuh minta waktu dari client, ya maklum sih karena kerjaan mereka bukan cuma project... ada juga kerjaan operasional yang lebih utama. Agak mengejutkan, karena berbeda dengan yang dulu2, client yang sekarang justru sangat kooperatif. Bukan cuma level anak buahnya, tapi juga sampe atasannya :)
Tapi dibalik tingginya komitmen mereka terhadap project, mereka juga menuntut hal yang lebih dibanding client2 terdahulu. Ibaratnya, klo client2 dulu mungkin cukup puas diberikan yang standard, yang kali ini... agak lebih demanding :D
Yah... semua ada positif negatifnya... Dan namanya project gak pernah ada tuh yang mulus2 aja. Klo semua lancar mah... bukan project namanya, kekekeke!
Akan halnya gw dalam mengarahkan team selalu menekankan untuk tidak melulu berkutat dalam hal teknis. Harus blended antara teknis dan bisnis. Bagaimana lu bisa membuat rumah klo lu gak tau hasil akhirnya adalah rumah. Walaupun tau cara ngaduk semen, bikin tembok, pasang keramik... tapi klo gak tau itu rumah, bisa2 yang lu bangun sekolahan... atau gereja, misalnya?
Selain itu, mengerti bisnis akan memberikan nilai tambah di depan mata client. Apa yang diomongin sama client akan nyambung, dan klo nyambung kita bisa kasih masukan. Kan client gak ngerti teknis, maka tugas kita adalah menjembatani gap tsb. Itulah makna sesungguhnya dari seorang konsultan.
Belajar teknis bisa didapat dari kuliahan. Sebagai bukti, waktu awal kita ngelamar kerjaan, pastilah mencari posisi yang lebih teknis. Dan saingan yang memiliki skill serupa jumlahnya jutaan tiap tahun. Makanya gak banyak yang bisa kita minta pada saat proses bargaining.
Sedangkan untuk bisa menjadi "the real consultant" yang blended antara teknis dan bisnis memang gak gampang. Teorinya gak akan didapet di kuliahan atau bahan kursus. Sekedar knowledge tidak akan pernah cukup. Yang paling memberikan kontribusi adalah experience. Pengalaman. Dan untuk mendapatkan pengalaman itu, ya terlibat dalam puluhan project.
Gw sendiri belum bisa dibilang "the real consultant". Gw masih harus banyak... banyak banget belajar. Gairah utk mengetahui banyak hal itu lah yang membuat gw bertahan - hingga saat ini - dengan pekerjaan gw, yang... yah sepertinya terlihat memusingkan dan melelahkan :p
Hal itu yang selalu... SELALU... gw tekankan pada team gw. Pada saat rekrut orang baru, memperkenalkannya di awal project, tengah project, sampai akhir project. Goal gw adalah membuat mereka paham apa hasil akhir dari yang sedang mereka kerjakan sekarang. Analoginya seperti bangun rumah tadi... bukan cuma bikin pondasi, bangun tembok, pasang atap... tapi harus tau itu bakalan jadi rumah, lho!!... bukan yang lain ;)
Tapi sekali lagi, utk bisa mengerti esensi dari yang gw sampaikan di atas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Gw tidak hanya bicara pada seorang anak junior, tapi juga pada yang uda punya pengalaman jadi programmer bertahun2. Pada saat gw me-review pekerjaannya... hasilnya shopisticated... from technical point of view... but became meaningless when it's seen from business prespective. Graphic indah warna-warni, yang dibuat semalaman suntuk... akhirnya jadi gak "bunyi" jika dilihat dari kacamata bisnis. Percuma kan?
Parahnya lagi, kali ini yang me-review bukan hanya gw. Karena seperti yang gw ceritain di awal paragraph, kami menghadapi client yang memiliki komitmen penuh dengan project. Jadi jangan heran klo mereka ikutan terlibat dalam mereview setiap detail pekerjaan.
Akhirnya... "kejanggalan" tadi diungkapkan oleh client, bukan hanya ke gw, tapi langsung ke boss! Nah! Pukulan telak, terutama bagi kami yang selama ini selalu mengatasnamakan diri sebagai "konsultan yang berpengalaman" (namanya juga klo jualan pasti nawarinnya yang terbaik pake bumbu2, hehehe)
Pertama kali mendengarkan ungkapan itu, rasanya bagaikan ditampar telak. Apalagi kami uda kerja mati2an dari pagi sampe malem tiap hari, bahkan melewatkan wiken dengan tumpukan pekerjaan kantor. Kayanya hasilnya jadi sia2...
Kecewa, sedih, mo marah... pingin protes sama client, kok gak menghargai hasil jerih payah team... Tapi... yah... they are client... clients are always right... plus they already spent lot of money for this project... so back to first repitition: they are client, clients are always right :p
Akhirnya, daripada ngedumel2, ngambek2 juga gak akan ada hasil... dan mereka juga ada benernya sih... selain itu, kami harus tetep profesional... lagian, emang ngaruh ya klo protes?... And bcos of those reasons, we are still smiling :)
Daripada jadi patah arang mending introspeksi diri. Kan uda jelas banget di awal, project gak akan selalu mulus, request gak akan pernah berhenti - no matter how hard you tried to fulfill all of them -... dan skali lagi... clients are always right!
Tapi dari situ lah, mental kami ditempa. Justru dari kritik - bahkan omelan -, kami belajar memperbaiki diri. Apa yang salah. Bagaimana membuatnya jadi benar. Itulah yang akan jadi bekal kami, bukan hanya bagi perusahaan or next project, tapi bagi kami sendiri.
Jadi... setelah mendamaikan hati setelah sempat panas - biasa itu... kekeke -, lalu gw tumpahkan semua di sini... rasanya nanti malam gw bisa tidur nyenyak.
Besok tantangan lebih berat lagi, tapi gw sudah menyiapkan senyum terlebar untuk disajikan pada client... sebagai pertanda bahwa... hey see me still standing here... your critics cannot make me down ;)
Emang sih klo dibandingin dengan project2 yang pernah gw tangani sebelumnya, gw akui klo client yang kali ini lebih memiliki komitmen. Artinya, setiap personel yang terlibat di dalamnya bener2 dedicated utk mengerjakan project ini. Biasanya kan agak susah tuh minta waktu dari client, ya maklum sih karena kerjaan mereka bukan cuma project... ada juga kerjaan operasional yang lebih utama. Agak mengejutkan, karena berbeda dengan yang dulu2, client yang sekarang justru sangat kooperatif. Bukan cuma level anak buahnya, tapi juga sampe atasannya :)
Tapi dibalik tingginya komitmen mereka terhadap project, mereka juga menuntut hal yang lebih dibanding client2 terdahulu. Ibaratnya, klo client2 dulu mungkin cukup puas diberikan yang standard, yang kali ini... agak lebih demanding :D
Yah... semua ada positif negatifnya... Dan namanya project gak pernah ada tuh yang mulus2 aja. Klo semua lancar mah... bukan project namanya, kekekeke!
Akan halnya gw dalam mengarahkan team selalu menekankan untuk tidak melulu berkutat dalam hal teknis. Harus blended antara teknis dan bisnis. Bagaimana lu bisa membuat rumah klo lu gak tau hasil akhirnya adalah rumah. Walaupun tau cara ngaduk semen, bikin tembok, pasang keramik... tapi klo gak tau itu rumah, bisa2 yang lu bangun sekolahan... atau gereja, misalnya?
Selain itu, mengerti bisnis akan memberikan nilai tambah di depan mata client. Apa yang diomongin sama client akan nyambung, dan klo nyambung kita bisa kasih masukan. Kan client gak ngerti teknis, maka tugas kita adalah menjembatani gap tsb. Itulah makna sesungguhnya dari seorang konsultan.
Belajar teknis bisa didapat dari kuliahan. Sebagai bukti, waktu awal kita ngelamar kerjaan, pastilah mencari posisi yang lebih teknis. Dan saingan yang memiliki skill serupa jumlahnya jutaan tiap tahun. Makanya gak banyak yang bisa kita minta pada saat proses bargaining.
Sedangkan untuk bisa menjadi "the real consultant" yang blended antara teknis dan bisnis memang gak gampang. Teorinya gak akan didapet di kuliahan atau bahan kursus. Sekedar knowledge tidak akan pernah cukup. Yang paling memberikan kontribusi adalah experience. Pengalaman. Dan untuk mendapatkan pengalaman itu, ya terlibat dalam puluhan project.
Gw sendiri belum bisa dibilang "the real consultant". Gw masih harus banyak... banyak banget belajar. Gairah utk mengetahui banyak hal itu lah yang membuat gw bertahan - hingga saat ini - dengan pekerjaan gw, yang... yah sepertinya terlihat memusingkan dan melelahkan :p
Hal itu yang selalu... SELALU... gw tekankan pada team gw. Pada saat rekrut orang baru, memperkenalkannya di awal project, tengah project, sampai akhir project. Goal gw adalah membuat mereka paham apa hasil akhir dari yang sedang mereka kerjakan sekarang. Analoginya seperti bangun rumah tadi... bukan cuma bikin pondasi, bangun tembok, pasang atap... tapi harus tau itu bakalan jadi rumah, lho!!... bukan yang lain ;)
Tapi sekali lagi, utk bisa mengerti esensi dari yang gw sampaikan di atas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Gw tidak hanya bicara pada seorang anak junior, tapi juga pada yang uda punya pengalaman jadi programmer bertahun2. Pada saat gw me-review pekerjaannya... hasilnya shopisticated... from technical point of view... but became meaningless when it's seen from business prespective. Graphic indah warna-warni, yang dibuat semalaman suntuk... akhirnya jadi gak "bunyi" jika dilihat dari kacamata bisnis. Percuma kan?
Parahnya lagi, kali ini yang me-review bukan hanya gw. Karena seperti yang gw ceritain di awal paragraph, kami menghadapi client yang memiliki komitmen penuh dengan project. Jadi jangan heran klo mereka ikutan terlibat dalam mereview setiap detail pekerjaan.
Akhirnya... "kejanggalan" tadi diungkapkan oleh client, bukan hanya ke gw, tapi langsung ke boss! Nah! Pukulan telak, terutama bagi kami yang selama ini selalu mengatasnamakan diri sebagai "konsultan yang berpengalaman" (namanya juga klo jualan pasti nawarinnya yang terbaik pake bumbu2, hehehe)
Pertama kali mendengarkan ungkapan itu, rasanya bagaikan ditampar telak. Apalagi kami uda kerja mati2an dari pagi sampe malem tiap hari, bahkan melewatkan wiken dengan tumpukan pekerjaan kantor. Kayanya hasilnya jadi sia2...
Kecewa, sedih, mo marah... pingin protes sama client, kok gak menghargai hasil jerih payah team... Tapi... yah... they are client... clients are always right... plus they already spent lot of money for this project... so back to first repitition: they are client, clients are always right :p
Akhirnya, daripada ngedumel2, ngambek2 juga gak akan ada hasil... dan mereka juga ada benernya sih... selain itu, kami harus tetep profesional... lagian, emang ngaruh ya klo protes?... And bcos of those reasons, we are still smiling :)
Daripada jadi patah arang mending introspeksi diri. Kan uda jelas banget di awal, project gak akan selalu mulus, request gak akan pernah berhenti - no matter how hard you tried to fulfill all of them -... dan skali lagi... clients are always right!
Tapi dari situ lah, mental kami ditempa. Justru dari kritik - bahkan omelan -, kami belajar memperbaiki diri. Apa yang salah. Bagaimana membuatnya jadi benar. Itulah yang akan jadi bekal kami, bukan hanya bagi perusahaan or next project, tapi bagi kami sendiri.
Jadi... setelah mendamaikan hati setelah sempat panas - biasa itu... kekeke -, lalu gw tumpahkan semua di sini... rasanya nanti malam gw bisa tidur nyenyak.
Besok tantangan lebih berat lagi, tapi gw sudah menyiapkan senyum terlebar untuk disajikan pada client... sebagai pertanda bahwa... hey see me still standing here... your critics cannot make me down ;)
2 comments:
hebat deh bumil
tetep positive thinking
you go girl!!!!
hehehehee
@manda: you go girl jugaaa, sesama bumiiiiiiiiil :)
Post a Comment