Gw dilahirkan dari rahim seorang ibu yg bisa dibilang selama
hidupnya memendam tekanan hidup yg sangat berat.
Mungkin itu juga sebabnya hingga menikah sekarang gw gak luput dari perasaan mudah tertekan, stress... mungkin klo gak kuat, lama2 bisa gila.
Tapi gw bersyukur karena masih memiliki suami yg tulus menyayangi dan mencintai gw. Keluarga suami yg kemungkinan besar tau latar belakang hidup gw pun tetap memberi dukungan, bahkan juga kasih sayang... yg selama ini amat sangat jarang gw terima dari
kedua orangtua gw sendiri.
Entah darimana gw harus memulai cerita ini... Karena rasanya persoalan hidup yg gw alami sudah bagaikan benang kusut. Walaupun sekarang benang itu sudah mulai terurai satu per satu, tapi sumber kekusutannya masih menggumpal di tengah2, yg kadang mengakibatkan kekusutan baru di ujungnya.
Kekusutan baru itu lah yg hingga kini masih gw rasakan. Ingin rasanya gw
ambil gunting dan memotong benang itu. Tapi gw tau, tindakan gw berarti lari
dari kenyataan. Tidak memecahkan masalah, malah hanya membuat masalah baru.
Ketika remaja lain mengenyam masa2 bahagia di umurnya, gw justru harus
menelan pil pahit... menerima kenyataan bahwa bokap yg selama ini hidup
berdampingan dg nyokap... bukanlah ayah kandung gw!
Bokap asli gw entah ada dimana sekarang. Terakhir yg gw tau, dia dipenjara karena kasus penipuan. Selain sebagai seorang penipu, dia juga adalah penjahat dalam rumah tangga. Dia bukan tipe seorang suami yg bisa diandalkan. Nyokap mungkin uda kenyang disiksa lahir batin olehnya. Caci maki, pukulan bahkan tendangan sering dilayangkan
bokap ke nyokap yg sedang mengandung. Hal tersebut menyebabkan nyokap kehilangan
kedua kakak ku, laki2 dan perempuan, ketika mereka masih dalam kandungan.
Ketika mengandung gw, bokap tertangkap polisi dan dipenjara. Keadaan tersebut tidak menambah penderitaan nyokap berkurang. Karena kemiskinan menyergap. Gak ada sanak-saudara yg bisa membantu. Nyokap cuma bisa pasrah. Bahkan kadang pasrah saja tidak cukup. Bisikan setan membujuknya utk mengakhiri hidup.
Di tengah kegalauan hidup, hadirlah bokap gw yg sekarang. Dan karena dia lah, berangsur2 nyokap menata hidupnya kembali. Mereka menjalin cinta dan akhirnya menikah. Apakah itu berarti gw harus bersyukur padanya karena kehadirannya secara tidak langsung menyelamatkan kehidupan nyokap dan gw sendiri?
Gw tidak tau. Di satu sisi, sebagai anak, gw tidak pernah dekat dengannya. Dia begitu asing. Karena sifatnya itu pula, sejak kecil gw merasa ada yg aneh. Kenapa dia begitu jauh?
Apakah dia benci gw? Klo ya, kenapa dia memenuhi semua kebutuhan gw, mulai dari uang jajan sampai pendidikan.
Apakah dia mencintai nyokap? Klo ya, kenapa tidak pernah gw melihatnya muncul berdua nyokap dg mesra di depan publik.
Apakah dia merasa memiliki keluarga ini? Klo ya, kenapa untuk sekedar poto keluarga aja gw gak pernah melihatnya di dinding rumah.
Apakah dia tidak merindukan anak keturunannya sendiri? Klo ya, kenapa hingga sekarang dia gak mau nyokap hamil.
Hhhh... pertanyaan2 itu terus menghantui gw sejak gw kecil. Sampai
akhirnya gw dewasa, jawabannya baru gw temukan... ternyata... bokap gw PUNYA
ISTRI SAH. Dan NYOKAP GW HANYA ISTRI SIMPANAN YG TIDAK DINIKAHI SECARA
RESMI.
JGERRR!!!!!
Bagaikan kilat menyambar seluruh badan ini begitu gw mengetahui kabar itu...
Tapi apalah daya gw sebagai anak? Ingin berontak, mereka orang tua gw. Yang satu orang tua kandung. Satunya lagi walaupun bukan kandung, tapi dia yg merawat gw hingga dewasa.
Saat ini, dampak yg paling gw rasakan adalah sifat nyokap yg sering uring2an. Terutama ketika bokap pergi meninggalkannya untuk menjenguk istri tuanya yg sedang sakit parah.
Banyak orang menasehati nyokap untuk meninggalkan bokap, tapi nyokap udah cinta mati. Bukan hanya mengorbankan perasaan, nyokap juga mengorbankan harta demi menopang bisnis bokap yg sedang ambruk.
Keadaan keluarga orang tua gw secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan keluarga gw juga. Walaupun suami penyabar, tapi kadang dia ikut uring2an juga menghadapi
sikap nyokap yg sok ngatur, penghasut dan sering meledak2 emosinya.
Gw sendiri kejepit di tengah2. Bela suami, jadi anak durhaka. Bela nyokap, kasian suami.
Hhhh... sering gw merasa stress. Dan klo uda begitu, hanya bisa menumpahkan uneg2 dg chatting pada orang2 yg gak gw kenal.
Gw mendambakan kehadiran seorang bayi dalam kehidupan rumah tangga gw. Tapi klo
terus2an stress begini, bagaimana bisa?
Kadang rasanya gw jadi benci dg kedua orangtua gw. Apa salah gw hingga harus menanggung beban mereka selama ini?
Klo sudah begini... Apa yg harus gw lakukan?
Kira-kira begitulah hasil chatting gw dg salah seorang teman pagi ini.
Kaget. Shock. Gak nyangka karena ternyata dia mengalami masalah kehidupan yg sedemikian berat.
Dia sendiri meminta gw untuk mempublikasikan ceritanya. Berharap siapa tau ada pembaca blog ini yg bisa kasih jalan keluar.
Jadi... ada yg bisa kasih masukan?
* yang sabar ya... Tuhan pasti kasih jalan keluar :) *